Oleh Muhaimin Iqbal (geraidinar.com)
emas
adalah produk generik global – semua peradaban di dunia sepanjang masa
mengenal dan menghargainya, oleh karenanya komoditi ini begitu mudah
mengalir dari satu tempat ke tempat lainnya mengikuti masyarakat mana
yang memiliki nilai tukar atau daya beli terbaik. Karena sifatnya yang
demikian, maka harga emas tidak terlalu dipengaruhi oleh supply and demand
setempat sebagaimana produk pada umumnya. Cabe misalnya, begitu mudah
melonjak-lonjak harganya ketika stok menghilang di pasar induk. Tetapi
emas tidak demikian, antrian sangat panjang di Logam Mulia - Antam dari
orang-orang yang berburu emas – tidak berpengaruh pada harga emas.
Mengapa demikian ?, bukan-kah di seluruh pasar yang menentukan harga adalah mekanisme supply and demand ?. Betul, tetapi untuk emas – karena sifatnya yang universal dan mudah mengalir tersebut, supply and demand yang berlaku adalah supply and demand global dan bukan supply and demand lokal.
Naiknya permintaan emas menjelang Iedul Fitri di Indonesia , tahun baru
imlek di China maupun perayaan Diwali di India – meskipun dua Negara
terakhir ini adalah konsumen terbesar emas dunia – tetap tidak
menggoncang harga emas dunia.
Lantas apa yang mudah menggoncang harga emas dunia ini ?. Ya daya beli uang di masing-masing Negara lah yang paling mudah menggoncang harga emas. Di
Indonesia harga emas pernah melonjak dari kisaran Rp 25,000/gram ke
angka Rp 140,000/gram pada krisis moneter 1997/1998 karena daya beli
Rupiah yang anjlog saat itu. Sepanjang tahun ini harga emas dunia melonjak dari kisaran US$ 1300-an ke angka US$ 1800-an per troy ounce juga karena anjlognya daya beli US$.
Dengan
memahami karakter harga emas yang berbeda dengan harga cabe tersebut
diatas, maka Anda akan dapat lebih bijak ketika ingin beralih
menggunakan emas sebagai instrument proteksi , alat tukar maupun sebagai
investasi. Yang perlu dicermati bukan event-event local seperti Iedul
Fitri , Imlek, Diwali, antrian panjang di LM-Antam, rame atau sepi-nya
pusat-pusat perdagangan emas di Cikini ataupun Melawai.
Yang
perlu dicermati adalah daya beli uang itu sendiri. Untuk dunia karena
harga emas itu dinilai dengan US$, maka daya beli US$ inilah yang
menentukan tinggi rendahnya harga emas. Sedangkan kita yang di Indonesia
tentu sangat terpengaruh dengan daya beli Rupiah. Seperti yang sudah saya ‘duga’ melalui tulisan saya pekan lalu “Bila Rupiah (Terus ) Melemah…”
, Rupiah bener-bener menyentuh angka Rp 9,000/ US$ di pasar
internasional semalam yang masih dapat disaksikan juga di nilai tukar
Rupiah yang ter-update otomatis di situs ini sampai jam 7-an pagi tadi,
setelah itu Rupiah tiba-tiba menguat - mungkin setelah team intervensi
pada bangun dan melakukan intervensi pasar !..
Dampak
dari pelemahan Rupiah ini adalah bila Anda jumpai harga dinar atau emas
kelihatan mahal hari-hari ini, itu bukan karena pasar internasionalnya
yang lagi mahal – tetapi karena daya beli Rupiah kita yang lagi menurun.
Untuk
jangka pendek hari-hari ini, harga emas internasional juga mungkin akan
terguncang dengan persepsi daya beli US$ - tergantung dari hasil rapat Federal Open Market Committee (FOMC) meeting
yang dijadwalkan hari ini dan besuk di AS. ‘Dugaan’ saya hasil FOMC ini
akan memberikan ‘angin surga’ bagi ekonomi AS untuk sesaat, jadi akan
ada gairah sementara di pasar yang mendorong persepsi seolah ekonomi
Amerika memiliki harapan baru, untuk sesaat Dollar akan terangkat dan
harga emas kemungkinan besarnya turun.
Namun yang perlu diwaspadai adalah dengan apa FOMC memberikan ‘angin surga’ ini ?. Tidak
bisa tidak adalah dengan kebijakan moneter, langsung atau tidak
langsung adalah dengan mencetak uang dari awang-awang, dikatakan atau
tidak inilah bentuk lain dari Quantitative Easing 3 (QE 3). Dalam video klip yang disiapkan oleh National Inflation Association (NIA) yang pernah saya berikan link-nya di situs ini dalam tulisan ‘the Day the Dollar Died’
, para Ahli mereka sendiri yang kritis menyatakan bahwa Dollar akan
mati setelah langkah QE 4 – maka QE 3 yang akan terwujud dalam bentuk
‘angin surga’ yang akan diumumkan the Fed dua hari mendatang - memang akan lebih mendekatkan Dollar satu langkah lagi ke hari kematiannya.
Bila
Dollar mati atau menuju kematiannya, emas tidak bisa lagi dibeli dengan
seberapa banyak apapun uang Dollar Anda. Wa Allahu A’lam.
0 comments:
Posting Komentar