Grafik Harga Dinar dalam Rupiah dan Dollar

grafik harian

Performa Harga Dinar dalam Jangka Pendek & Panjang

Selasa, 06 Desember 2011

Halal Haram Demystified


Oleh Muhaimin Iqbal (geraidinar.com)

Hari-hari ini adalah musim buah di kebon dan pesantren kami di Jonggol. Ada puluhan pohon rambutan, durian, manggis, matoa, menteng, sawo hijau, nangka dan entah apa lagi yang ada di sana semua hampir serentak berbuah bareng. Maka saya ingin menjadikan kesempatan musim buah ini untuk mengajarkan konsep halal haram kepada sekitar 25 anak-anak santri kami di Madrasah Al-Quran Daarul Muttaqiin.

Selepas shalat dhuhur ketika anak-anak belum meninggalkan tempat shalatnya, saya berdiri di depan mereka dan menyampaikan : “…anak-anakku, Alhamdulillah kita memiliki kompleks yang luas sekitar 11 hektar yang dipenuhi dengan berbagai buah-buahan, semua yang ada di halaman kompleks ini halal untuk kalian makan. Tetapi yang diluar pagar adalah haram karena bukan milik kita…”.

Kemudian saya melanjutkan : “ Bila anak-anaku sekalian belum mengetahui batasnya, maka saya tugasi ustadz-ustadz disini beserta pengelola kompleks untuk mengajak anak-anak mengelilingi batas –batas tanah kita, agar mengenal betul mana-mana pohon buah yang halal dimakan karena milik kita dan mana-mana yang haram dimakan buahnya karena bukan milik kita.  Bila sebelum tahu batas ini ada yang sudah terlanjur anak-anakku ambil dari luar pagar – maka didampingi ustadz-ustadz  kalian , kita akan cari siapa-siapa pemilik kebun diluar pagar kita tersebut dan meminta agar dihalalkan yang sudah terlanjur anak-anakku makan ”.

Tidak lupa saya juga mengingatkan bahanya makanan haram bila sudah terlanjur masuk ke perut anak-anak santri penghafal Al-Qur’an ini : “…setiap makanan  yang masuk perut kita akan tumbuh menjadi daging, sedangkan daging yang tumbuh dari makanan haram akan menghalangi hafalan Al-Qur’an kalian dan menjadi sasaran api neraka di akhirat kelak…”.

Diluar dugaan saya, setelah saya sampaikan nasihat tersebut saya dikabari oleh ustadz-ustadz yang membimbing anak-anak ini bahwa anak-anak di pesantren tersebut kini tahu betul mana pagar-pagar kompleks kita – yang di dalamnya buah apapun boleh dimakan, dan diluar pagar tidak boleh sama sekali.

Dua pekan setelah saya sampaikan pesan tersebut saya tes lagi, habis dhuhur saya berdiri di depan mereka dan menanyakan “…apakah semuanya kini sudah tahu batas-batas pagar kita ?...”; serentak hampir semuanya angkat tangan. Maka saya sampaikan pelajaran kedua.

“…anak-anaku, besuk kita akan ada tamu sekitar 100 orang dari sekolah yang lain, bila di hari-hari yang lain buah-buah yang ada di kompleks ini adalah untuk kalian, khusus untuk besuk – buah-buah tersebut kita utamakan untuk tamu kita; kalian bantu tamu-tamu kita untuk tahu mana-mana pohon yang ada dalam batas pagar kita dan semuanya boleh diambil, tetapi jangan sampai tamu kita mengambil buah diluar pagar kita karena ketidak tahuannya…”.

Subhanallah, keesokan malamnya saya menerima sms panjang lebar dari pengelola sekolah yang menjadi tamu kita tersebut, mereka mendapatkan pengalaman luar biasa dari kunjungannya – bukan hanya karena boleh memanen buah yang mereka tidak pernah ikut menanam atau meliharanya, tetapi juga dilayani oleh anak-anak yang telah dibekali ilmuikraamudh-dhuyuuf (memuliakan tamu) oleh ustadz-ustadznya.

Anak-anak santri itu kini paham dengan sangat jelas mana batas yang halal dan mana yang haram; lebih dari itu mereka paham – yang halal-pun kadang mereka tidak ambil karena diutamakan orang lain yang lebih membutuhkannya.

Dari pengalaman dengan para santri ini saya kemudian berfikir, mengapa di negeri dengan penduduk muslim terbesar di dunia ini – korupsi masih nomor satu juga di dunia ?. Apakah bapak-bapak yang duduk di eksekutif, legislative dan yudikatif – yang semua institusinya tidak bebas dari kasus korupsi – dahulu tidak pernah diajarkan konsep halal dan haram  ini ?.

Pastinya sudah diajarkan ke mereka, karena diantara mereka yang menduduki posisi-posisi penting itu rata-rata keluaran dari sekolah ataupun madrasah terbaik di negeri ini. Lantas apa yang membuat mereka mudah sekali melanggar ?, mudah sekali  mereka ‘makan buah dari luar pagar’  ?.

Kalau pemahaman sudah diberikan sejak kecil, bahkan tidak jarang diantara mereka juga menghadiri majlis-majlis ilmu sampai tua – tetapi kok tetap  ‘makan buah dari luar pagar’ – penyebabnya yang pasti menurut saya adalah tidak ditegakkannya syariat.

Bila pencuri-pencuri harta negara yang serakah dihukum sesuai dengan syariat potong tangan misalnya, satu dua saja koruptor dihukum dengan hukum Islam ini – insyaallah orang akan berpikir ribuan kali sebelum melakukan korupsi. Pencurian harta negara marak karena yang kini dipertontonkan ke khalayak adalah kehidupan glamor-nya para pencuri tersebut, bahkan pengadilan-pengadilan Tipikor di daerah-daerah berlomba membebaskan terdakwa korupsi berame-rame. Kalau toh masuk bui mereka hanya sementara saja, kalau ada yang agak lama toh mereka bisa keluar masuk kapan saja dlsb.dlsb.

Halal haram itu bukan mystery, yang halal jelas dan yang haram-pun jelas, bahkan hukuman bagi yang melanggar-pun sangat jelas.  Tetapi selama hukum yang ditegakkan bukan hukum syariat yang adil – karena dibuat langsung oleh Yang Maha Adil – maka kecil harapan kita untuk melihat negeri ini bebas dari berbagai bentuk korupsi dan penyelewengan uang rakyat.

Yang kita butuhkan bukan wacana yang aneh-aneh seperti ide kebun para koruptor dan sejenisnya, yang kita butuhkan adalah ditegakkannya syariat !. Wa Allahu A’lam.

0 comments:

Posting Komentar