Oleh Muhaimin Iqbal (geraidinar.com)
Yunani
hari-hari ini digambarkan seperti kapal Titanic besar yang sedang
tenggelam dengan cepat, alih-alih sang nakhkoda menyerukan penumpang
untuk segera melompat ke sekoci – nakhkoda malah mengajak penumpangnya
melakukan voting terlebih dahulu untuk menentukan perlu tidaknya
melompat ke sekoci. Bisa Anda bayangkan apa yang akan terjadi kemudian ?
Setelah
dengan susah payah para pemimpin negeri-negeri sekitarnya di Euro Zone
berusaha menyelamatkan negeri tetangganya - Yunani , antara lain dengan memangkas
hutangnya sebesar 50 % pekan lalu, eh malah pemimpin negeri itu
mengajak rakyatnya untuk melakukan referendum terlebih dahulu tentang bailout yang ditawarkan negeri-negeri tetangganya tersebut. Bagaimana kalau bailout ini ditolak oleh rakyat ? Bagaimana kalau penolakan ini bukan karena pemahaman, tetapi karena faktor kebangsaan yang sempit misalnya ?
Bila bailout
ditolak oleh rakyatnya, Yunani berpeluang bangkrut lebih besar dalam
jangka pendek. Bila Yunani bangkrut, maka bank-bank dan para kreditor
juga akan terseret ke pusaran kebangkrutan. Demikian pula negeri-negeri
tetangganya, dan demikian pula Uni Eropa dengan Euro-nya. Inilah mengapa
di hari diumumkannya referendum tersebut kemarin pasar
dunia tergoncang, Index DOW, NASDAQ dan S & P 500 jatuh
masing-masing 2.48 %, 2.89 % dan 2.79 %.
Emas
demikian pula sempat tergoyang ke angka US$ 1,680/Ozt sebelum akhirnya
pulih mendekati US$ 1,720/Ozt menjelang penutupan pasar. Perilaku
terhadap emas yang berfluktuasi drastis ini menggambarkan kepanikan
pasar, seolah bumi Eropa akan runtuh sehingga pasar rame-rame
meninggalkan Euro berburu Dollar – kemudian Dollar meningkat dan harga
emas jatuh. Tetapi segera pasar sadar bahwa bila Eropa
jatuh, Amerika pasti terseret ke pusaran yang sama – maka pasarpun
kembali berburu emas.
Entah berapa lama Yunani akan terus mengguncang dunia dengan kebimbangannya ini, tetapi kita sesungguhnya bisa melakukan de-coupling atau pemisahan diri dari gonjang-ganjingnya dunia hanya karena keraguan para pemimpinnya.
Pertama yang bisa kita lakukan adalah meminimisasi asset exposure dari financial asset ( tabungan, deposito, saham, dana pension, asuransi dlsb) , ke arah memperkuat perimbangan real asset ( tanah, sawah, kebun, ternak, barang dagngan, emas dlsb).
Kedua
adalah jangan terlalu berharap hasil yang cepat, pada umumnya investasi
sector riil memberikan hasil yang lebih lamban ketimbang investasi pada
instrumen financial – tetapi sebagaimana namanya, dia akan lebih riil
dan cenderung lebih stabil dalam jangka panjang.
Ketiga
adalah harga emas/Dinar lagi relatif murah hari-hari ini – dibandingkan
dengan potensi ketidak pastian yang melanda dunia, inilah waktu yang
baik untuk menyusun keseimbangan baru dari asset Anda, dari berat di financial asset menuju seimbang dengan real asset. Agar
bila ada pemimpin negara manapun yang bimbang lagi kedepan, hasil jerih
payah Anda tidak ikut tergoyang daya belinya. Wa Allahu A’lam.
0 comments:
Posting Komentar