Grafik Harga Dinar dalam Rupiah dan Dollar

grafik harian

Performa Harga Dinar dalam Jangka Pendek & Panjang

Jumat, 23 September 2011

When Old Man Talk, Why Doesn’t Anybody Listen?


Oleh Endy J Kurniawan (endyjkurniawan.com)

6 Oktober 2006, Alan Greenspan (pendahulu Ben Bernanke, Greenspan adalah Chairman The Fed periode 1987 – 2006) pernah mengatakan pada sebuah wawancara : “Because the gold market is so small, a very small segment of people are capable of driving up gold prices”. 1
Sekarang pasar emas tak lagi kecil, tapi driver harga tetap sekelompok orang saja. Jika ada kekhawatiran tentang spekulan emas yang kemudian membuat semua pihak begitu concern tentang demam emas di dalam negeri, terutama disuburkan dengan berbagi layanan lembaga keuangan syariah, pihak-pihak itu hendaknya mengetahui bahwa pelaku spekulasi emas yang nyata dan utama ada di barat. Spekulan emas besar adalah juga spekulan pasar uang dan modal besar, jumlahnya sedikit, a very small segment of people. Mereka swing dengan cepat dari spekulasi pasar finansial ke penguasaan fisik emas. Istilah“gold is a safe haven” dinisbatkan terhadap perilaku mereka. Emas dijadikan tempat berlabuh ketika ketidakpastian ekonomi yang diwakili krisis hutang di Eropa dan resesi ekonomi Amerika saat ini terjadi.
Benar adanya bahwa perlu aturan yang lebih fair, jelas dan tertata tentang praktek gadai emas oleh bank syariah misalnya. Juga koridor agar bank syariah tetap berpegang pada tujuan utama pendiriannya, diantaranya mendukung penuh permodalan sektor riil. Namun di satu sisi, kita juga perlu mensyukuri upaya penguasaan emas oleh individu di dalam negeri begitu tinggi. Kebijakan baru apapun dari otoritas moneter maupun pemerintah hendaknya tak menghalangi minat masyarakat untuk memakmurkan diri dan ikut menjadi penentu nilai emas dunia. Jika berbagai perangkat aturan itu kemudian diterapkan, misalnya dengan mengencangkan kran suplai emas ke masyarakat, penerapan layanan bank syariah yang rumit untuk pemilikan emas, maka terus-menerus kita menjadi masyarakat dan bangsa objek. Korban spekulasi segelintir orang dengan buying power fantastis di barat yang sedikit banyak mampu mengocok harga emas. Dengan iklim investasi emas yang mulai kondusif ini saja, jika dihubungkan dengan pernyataan Greenspan diatas, apa yang kita raih jauh sekali.
Saat ini, meski Indonesia nangkring di dalam list 10 besar penghasil emas terbesar dunia, kita bukanbig brother. Bukan kita penentu supply-demand emas dunia. Berarti bukan kita pula penentu harga dan nilai emas itu sendiri. Maka juga berlebihan jika gejolak pada sisi supply maupun demand yang sering disebutkan akan mempengaruhi harga emas pada musim lebaran dan musim haji dijadikan patokan. Nilai transaksi emas dalam negeri kita terlalu kecil untuk memberikan pengaruh naik-turunnya emas dunia.
Konsumsi emas individual kita bahkan jauh dibawah Vietnam, Taiwan dan Thailand yang notabene negeri kecil, dan jelas bukan penghasil emas. Konsumsi individual Indonesia sekitar 37 ton tahun lalu. Sangat kecil jika dibandingkan dengan Taiwan yang mengumpulkan 85 ton, padahal jumlah penduduk kita 240 juta, dan kontribusi tambang emas hampir mencapai 10% dari total produksi dunia. Apalagi jika dibandingkan India yang mengkonsumsi hampir 1000 ton tahun lalu dengan penduduk ‘hanya’ 4 kali lipat Indonesia.
Tapi tersisa sebuah kabar baik. Lihat angka konsumsi individual India itu. Apa yang dikumpulkannya dalam setahun kira-kira 1/8 angka emas yang dikumpulkan bank sentral Amerika (The Fed) selama hampir seabad berdiri (The Fed diusulkan tahun 1908, dan benar-benar berdiri pada 1913). Jelas tampak di berbagai laporan, bahwa penguasa utama emas dunia bukanlah negara-negara melalui bank sentralnya. Penguasa emas adalah individu seperti kita (perhiasan 69% dan investasi 19%) diluar industri elektronika dan teknologi (12%). World Gold Council juga menguatkan data bahwa 90% emas yang telah berhasil ditambang saat ini dikuasai individu, dengan sisanya oleh bank sentral 2
Oleh sebab itu emas seringkali disebut pembebas dan lambang perlawanan terhadap eksploitasi dan invasi ekonomi, karena emas adalah aset riil yang tak bisa dipengaruhi dan dikuasai otoritas. Emas berada di kantong masyarakat, tetap dan terus berharga, dan manjadi aset hakiki. Bahkan bisa dan siap kapan pun menjadi alat transaksi, karena nilai berharganya secara universal diakui.
Ada kabar baik lain yang bisa jadi benchmark :
  • Perhatikan chart yang dirilis IMF. Jumlah cadangan emas yang dimiliki total seluruh bank sentral dunia terus menurun. Ini fakta yang menunjukkan makin melemahnya penguasaan negara terhadap emas, dan kendali ada pada masyarakat. Puncak penguasaan bank sentral terhadap emas adalah pada tahun 1964 ketika secara total terkumpul 1,2 Milyar troy ounce, terus turun hingga sekira 850 juta troy ounce pada 2006. Dalam 5 tahun terakhir, kontribusi bank sentral hanya 14% dari total suplai emas di pasar internasional (baca juga artikel saya yang berjudul : Bretton Woods (Mungkin) Tak Akan Kembali diwww.salmadinar.com3
  • Pada tahun 1970-an Afrika Selatan memberikan sumbangan 70% dari total suplai emas dunia, diikuti Rusia dan Kanada. Belakangan, petanya berubah. Mulai tahun 2000, Afrika Selatan hanya menyumbang 17%, diikuti Amerika (14%), Australia (11%) dan Cina, Kanada, Rusia, Indonesia, Peru mengikuti di kisaran 7-10%. Dan saat ini, berdasarkan laporan World Gold Council, negara-negara di setiap benua telah menyumbang produksi emasnya dengan merata dalam jumlah bervariasi 4
Fakta-fakta diatas menunjukkan bahwa emas adalah aset, komoditas, dan simbol stabilnya daya beli yang sangat inklusif dan (seharusnya) ‘kita banget’. Pertambangan merata, pemilik individualnya juga mendunia. Jika emas disebut pembebas, maka berarti kekuatan pembebasan itu ada di tangan masyarakat. Bagaimana memperkokoh ketahanan ekonomi dengan memperbesar cadangan emas negara dan menaikkan daya tawar kita terhadap supply-demand emas dunia tergantung bagaimanacampaign dan policy. Tujuannya untuk menumbuhkan kesadaran kolektif masyarakat dan pemerintah untuk kembali ke emas.
Pengkritik ‘demam emas’ yang saat ini terjadi di masyarakat sebaiknya belajar lebih banyak sejarah emas yang terbukti melintasi masa dan peradaban. Kalau mereka tak percaya saya, setidaknya mereka dengarkan kakek Greenspan, yang pada 1999 juga menegaskan pentingnya otoritas moneter menyadari pentingnya emas dengan mengatakan “Gold still represents the ultimate form of payment in the world. Fiat money paper in extremis is accepted by nobody. Gold is alwyas accepted” 5
1 Alan Greenspan in interview with Sherry Cooper, Chief Economist of BMO Nesbitt Burns, October, 20062 Buy Gold Now, Shayne McGuire, Wiley, 20083 Gold The Once and Future Money, Nathan Lewis, Wiley, 20074 The Golden Constant, The English and American Experience 1560 – 2007, Roy W. Jastram & Will Leyland, Edwar Elgar Publishing Limited, 19775 Alan Greenspan quotation from Holly Watt and Robert Winnett “Goldfinger Brown’s £2 Billion Blunder in the Bullion Market”, Sunday Times, Apr. 15, 2007

0 comments:

Posting Komentar