Grafik Harga Dinar dalam Rupiah dan Dollar

grafik harian

Performa Harga Dinar dalam Jangka Pendek & Panjang

Kamis, 26 Januari 2012

Quantum Leap Iman


Oleh Muhaimin Iqbal (geraidinar.com)

Carut –marutnya negeri ini yang sangat akrab dengan berbagai isu korupsi, ketidak-adilan, kemiskinan dan berbagai tindak kejahatan pastinya tidak terjadi secara tiba-tiba. Generasi muda yang 14 tahun lalu menggoyang kemapanan yang dinilainya korup, akhirnya tidak sedikit yang berbuat yang sama ketika mereka mendapatkan kesempatannya. Mengapa budaya buruk seperti korupsi, ketidak-adilan dan berbagai bentuk kejahatan lainnya ini begitu mudah menular ?, apanya yang salah di negeri ini ?, salah satunya yang bisa di blame adalah system pendidikan-nya.

Ketika pendidikan kita hanya fokus menghasilkan para intelektual duniawi, maka tidak ada jaminan bahwa kepandaian mereka akan bermanfaat bagi dirinya sendiri apalagi bagi orang lain. Kepandaian mereka justru bisa membahayakan orang lain, seperti berbagai korupsi yang dirancang dengan canggih sehingga bisa terbebas dari jeratan hukum formal.

Jadi apa yang harus kita persiapkan agar generasi yang akan datang tidak bertambah buruk ?. Bukan harta dan bukan pula ilmu yang terpenting, tetapi iman-lah yang terpenting. Kita akan merasa nyaman meninggalkan anak-cucu keturunan kita menyongsong masa depannya, bila kita bisa yakin dengan bekal iman mereka.

Inilah petunjuk dari Allah yang disampaikan ke kita melalui kisah Nabi Yakub menjelang kematiannya : “Adakah kamu hadir ketika Yakub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" Mereka menjawab: "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishak, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya." (QS 2 : 133)

Generasi sekarang memang tidak sampai menyembah berhala dalam arti harfiah, tetapi berhala-berhala lain berupa kekuasaan, harta, kedudukan, jabatan, status sosial dlsb. adalah berhala-berhala modern yang digandrungi umat generasi ini. 

Ketika seorang pejabat public menyalah gunakan kekuasaannya untuk korupsi, dia sedang kehilangan imannya. Ketika hakim berkelit memutus perkara hanya menggunakan pasal-pasal hukum formal dan meninggalkan keadilan yang sesungguhnya, dia sedang kehilangan imannya. Ketika seorang pegawai rela disuruh atasannya untuk suap sana sini dalam memenangkan project, ketika pegawai dengan sukarela makan riba maka mereka-pun lagi kehilangan imannya.

Tetapi bagaimana kita bisa membekali anak-anak kita dengan keimanan seperti anak-anak Nabi Yakub ?, bila les bahasa Inggris, matematika, fisika atau bahkan les piano, menari, melukis dlsb. dianggap penting sedangkan pelajaran keimanan di sekolah maupun di rumah hanya menjadi pelengkap saja ?.

Maka inilah saatnya kita untuk merubah fokus pendidikan anak-anak kita, kita siapkan mereka dengan bekal terbaiknya. Mereka dididik bukan hanya dengan ilmu tetapi lebih penting dari itu adalah pendidikan iman yang sampai mendarah daging terinternalisasi dalam diri mereka.

Lantas bagaimana agar pendidikan yang mendahulukan iman dari yang lain ini bisa diimplementasikan secara masal di masyarakat ?, bukan hanya sekedar jargon yang sekarang-pun sudah marak di sekolah-sekolah tertentu ?. Maka blue print pendidikan itu nampaknya memang harus dirombak total.

Perubahan mendasar yang saat ini sedang kami persiapkan dalam Yayasan Al-Fatih Pilar Peradaban adalah kurang lebih sebagai berikut :

Anak-anak usia 4-12 tahun tidak ber-‘sekolah’ di Kindergarten , Playgroup, TK dan SD karena pola pendidikan yang berasal dari 4 abad terakhir tersebut jelas sumbernya bukan dari Islam. Kita harus membawa pola pendidikan ini ke masa-masa awal kejayaan Islam, agar generasi dengan keunggulan yang sama bisa dihasilkan.

Anak-anak generasi unggulan islam dididik di tempat-tempat yang disebut Kuttab, maka istilah Kuttab inipun yang akan kami gunakan. Tetapi bukan sekedar nama, kurikulumnya memang secara mendasar berbeda dengan sekolah-sekolah yang kita kenal sekarang.

Porsi pengenalan sekaligus praktek penanaman atau internalisasi iman pada anak didik menjadi yang utama, ini terkait dengan aqidah, akhlak, ibadah dan muamalah. Kemudian Al-Qur’an, ini sesuai dengan apa yang dikabarkan oleh Shahabat mulia Jundub bin Abdillahradhiallahu’anhu tentang urutan substansi pembinaan generasi oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassallam. “Beliau mengajari iman sebelum al-Qur’an, ketika kami diajari al-Qur’an maka iman kami semakin bertambah.”

Bagaimana konkritnya penanaman iman dalam diri siswa ini ?. Petunjuknya ada di Shahih Muslim dan Shahih Bukhari dengan narasi berbeda , bahwa “iman itu ada 70 lebih cabang dan malu adalah termasuk iman”. Kemudian ulama hadits ternama yang mengumpulkan 70-an cabang iman itu – Imam al-Baihaqi berhasil mengidentifikasi 77 aplikasi iman.  Karya agung ini ditulis dalam 14 jilid yang masing-masing jilid sekitar 550 halaman !.

Itulah sumber-sumber materi penananam iman pada para anak didik kita nantinya. Reaksi spontan orang yang mendengarnya rata-rata adalah “berat amat silabus-nya ?”. Tentu untuk anak-anak usia 4-12 tahun, materi tersebut harus disampaikan dengan cara yang sesuai usianya. Bukan hanya dengan teori dan pembahasan yang njlimet, tetapi juga melalui praktek mencoba, melatih dan membiasakan sehingga seluruh cabang-cabang iman bener-bener mendarah daging pada anak didik.

Salah satu contoh materi misalnya adalah mengenal, mencoba dan mempraktekkan cabang iman yang rata-rata kita orang dewasa-pun tidak mengenalnya yaitu “berpaling dari perkara yang sia-sia”. Bisa Anda bayangkan dampaknya pada anak Anda, bila menancap pada dirinya iman yang terkait dengan meninggalkan perkara yang sia-sia ini, bukan hanya paham tetapi juga mampu menerapkannya sejak dini. InsyaAllah kelak akan menjadi orang yang sangat efektif dalam setiap perbuatannya, itulah salah satu bekal generasi unggulan itu – padahal dia masih punya 70 lebih bekal lainnya !.

Kebanyakan orang tua juga akan kawatir bagaimana masa depannya terkait dengan sekolah lanjutannya, pekerjaannya kelak dlsb. Meskipun dengan bekal iman kekhawatiran semacam ini sebenarnya tidak perlu ada, tetapi sebagai langkah-langkah ikhtiari tentu kita juga menyiapkan anak-anak didik dengan ilmu-ilmu umum seperti matematika, bahasa, sains, sosial dan ke-professian.

Bahkan di beberapa sekolah di luar system pendidikan formal yang saya kenal, mereka berhasil menyiapkan anak didiknya untuk memperoleh ijazah nasional hanya dengan persiapan kejar paket kurang dari 6 bulan. Artinya kita bisa membekali anak didik dengan bekal yang utama yaitu iman, tanpa perlu khawatir anak-anak ini nantinya tidak bisa melanjutkan pendidikan di tingkat berikutnya.

Tetapi di mana ‘sekolah’ atau Kuttab ini ada dan kapan ?. Insyaallah yang pertama akan lahir di Depok, pendaftaran untuk anak-anak usia 4-9 tahun akan mulai dibuka Februari ini dan mulai aktifitas belajar mengajar sekitar Ramadhan tahun ini. Jauh dari tempat Anda ?.

Tidak usah kawatir, penyebaran Kuttab melalui rumah belajar-rumah belajar di seluruh tanah air akan dapat segera pula dilakukan setelah pilot project yang di Depok ini jalan. Jadi tahun depan, insyaAllah Anda dengan masyarakat sekeliling Anda bisa menyiapkan Kuttab di lingkungan Anda dengan modul, silabus, standar penguasaan guru dlsb.  dari team di Yayasan Al-Fatih Pilar Peradaban yang akan terus menyempurnakan materi pengajaran dan prakteknya.

Tidak perlu membuang tenaga dan dana untuk membangun gedung-gedung sekolah yang membebani siswa (karena mereka yang membayar uang gedung !), dari rumah-rumah-pun cukup untuk melahirkan sebuah Kuttab di lingkungan Anda. Unsur utama pendidikan adalah adanya anak didik, adanya guru yang kompeten dan adanya materi ajar mengajar yang tepat sasaran.  Gedung dan sarana lainnya hanyalah penunjang, jangan sampai yang penunjang ini justru menjadi halangan bagi hadirnya pendidikan yang baik untuk anak-anak kita.

Bila anak-anak belia atau cucu-cucu kita bisa belajar dan mempraktekkan keimanan yang benar, lantas bagaimana dengan anak-anak kita yang terlanjur sudah dewasa tanpa pembekalan keimanan yang cukup ?, bagaimana pula dengan diri-diri kita yang terlanjur tua juga tanpa bekal iman yang memadai ?.

Kelas-kelas keimanan dan pelatihan prakteknya – untuk remaja dan dewasa (orang tua) juga insyaallah akan dapat dibuka di Depok tahun ini pula. Hal yang sama kemudian dapat di copy paste ke seluruh penjuru tanah air.

Bila blue print pendidikan keimanan dan praktek-nya ini dapat bener-bener disebar luaskan secara masal, maka itulah yang saya sebut Quantum Leap Iman. Bila mobile phone, internet, facebook, twitter saja bisa mengalami quantum leap dalam penyebarannya, masak hal yang amat sangat penting bagi kehidupan kita – yaitu iman ini tidak bisa kita quantum leap-kan ?. InsyaAllah Bisa !.

0 comments:

Posting Komentar