Grafik Harga Dinar dalam Rupiah dan Dollar

grafik harian

Performa Harga Dinar dalam Jangka Pendek & Panjang

Kamis, 22 Desember 2011

Sapi Yang Berwarna Ungu


Oleh Muhaimin Iqbal (geraidinar.com)

Menurut situs World Wide Web Size ada sekitar 42 milyar halaman web yang saat ini sudah di index oleh Google saja. Jadi kalau Anda punya satu halaman web yang generic– tanpa sesuatupun yang membedakannya denagn web lain, maka tanpa search enginepeluang halaman Anda ditemukan oleh orang lain adalah 1/42 Milyar. Search enginemempermudah pencarian ini dengan mengidentifikasi sesuatu yang unique, melalui nama, melalui judul halaman, melalui isi dlsb. sehingga suatu halaman web menjadi mudah sekali ditemukan.

Dengan mengetikan keywords  “Geria Dinar” di pencarian Google misalnya, di halaman pertama keseluruhannya sudah akan menuntun Anda ke web kami atau agen-agen kami. “Gerai Dinar” menjadi sesuatu yang unique di engine Google, yang mudah ditemukan diantara tumpukan ‘jerami’ halaman World Wide Web yang berjumlah sekitar 42 Milyar dan terus bertambah tersebut.

Meng-create sesuatu yang unique adalah salah satu kunci untuk membangun usaha di bidang apapun. Ke unique-kan ini bisa dari nama, produk, layanan, lokasi atau apapun yang membuat usaha Anda unique. Anda bisa jualan bakso dengan rasa biasa-biasa saja, tetapi lokasi Anda strategis di sudut puncak yang pemandangannya sangat indah – maka bakso Anda sudah akan dengan mudah bisa laku keras. Bakso yang sama dijual di food court suatu mall, belum tentu laku – karena banyak pilihan makanan enak yang lain.

Seth Godin dalam bukunya Purple Cow (Penguin Book, 2009) menggambarkan bahwa bauran pemasaran (marketing mix) yang oleh para pemasar tradisional disebut 4 P (Product, Price, Promotion, Place), atau bahkan kemudian diperkaya dengan 5 P, 6 P, 7 P dst – tidak akan pernah cukup P untuk membuat suatu usaha maju – bila tidak menjadikan usaha tersebut memiliki “P” terakhir yaitu ‘Purple Cow’.

Purple Cow’ atau sapi yang berwarna ungu awalnya adalah istilah selorohan Seth Godin untuk menggambarkan suatu usaha yang luar biasa (remarkable). Salah satu ciri khasnya adalah dia mampu membuat orang merekomendasikan ke orang lain untuk menggunakan/membeli produknya.

Buku Seth Godin ini kemudian sangat terkenal sehingga istilah ‘Purple Cow’, seolah menjadi salah satu ‘P’ yang wajib dalam  marketing mix baru. Dalam merancang usaha, merancang produk, merancang value proposition, sering muncul pertanyaan “Apa Purple Cow-nya ” yang maksudnya adalah “apa yang membuatnya luar biasa atau remarkable”.

Ambil salah satu contoh business exercise yang saat ini sedang kami rancang bersama teman-teman di Pesantren Wirausaha Daarul Muttaqiin.  Bisnis ini sederhana saja, yaitu jualan sate. Tetapi kalau hanya julan sate yang bersifat generic, maka dimana peluang kita untuk bersaing dengan sate Madura, sate Tegal, sate Padang dan sejumlah nama besar di pasar per-sate-an yang sudah sangat umum di tanah air ?.

Maka kami harus bisa menemukan ‘Purple Cow’-nya, sapi yang berwarana ungu diantara seluruh sapi yang umumnya berwarana putih. Tetapi apa ‘Purple Cow’ untuk sate ini ?. Kalau masalah rasa, sudah sangat banyak sate yang uenak – sehingga tidak heran sate masuk di salah satu makanan terlezat di dunia versi survey-nya CNN.

Untuk bisa mengetahui sapi yang berwarna ungu itu unique, kita harus tahu dahulu bahwa umumnya sapi berwarna putih. Maka demikian pula dengan sate, untuk bisa membuat sate kita unique – kita harus tahu dahulu apa yang umum tentang makanan lezat bernama sate ini.

Dari hasil survey ringan, kami menemukan yang paling umum persepsi orang tentang sate adalah ‘kolesterol tinggi’.  Mayoritas orang tahu bahwa sate enak, tetapi karena dia dipersepsikan sebagai makanan yang berkolesterol tinggi – orang membatasi konsumsi sate ini. Jadi white cow (common cow) untuk sate adalah kolesterol tinggi, maka kalau kita bisa melahirkan sate kambing yang berkolesterol rendah – itulah ‘Purple Cow’ untuk sate kita.

Bisakah sate kambing dibuat berkolesterol rendah ?. InsyaAllah bisa !.  Pertama secara ilmiah-pun United States Department of Agrilcultural (USDA) sudah membuktikan bahwa sesungguhnya kolesterol kambing jauh lebih rendah dari sapi dan bahkan ayam. Tetapi mengapa di masyarakat sampai timbul persepsi makan sate ‘berbahaya’ karena kolesterol tinggi ?.

Di sinilah tantangannya, kita harus mampu mengelola produk sate ini dari ujung ke ujung – kita sebut from seed to plate. Mulai menanam rumputnya yang unggul untuk makan kambing, dihasilkan kambing-kambing yang berdaging banyak pada usia muda, kambing-kambing disembelih dengan benar, ditangani dagingnya dengan benar pasca penyembelian sehingga hanya dibuat sate setelah fase rigor mortis (kekejangan pasca kematian) usai, dimasak dengan bumbu yang minimum, dibakar tanpa menyentuh arang api untuk menghindari efekcarcinogenic (penyebab kanker) dst. Maka dengan itulah akan lahir generasi sate baru, seperti sapi yang berwarna ungu di antara sapi yang umumnya berwarna putih.

Peluangnya dimana sate yang ‘Purple Cow’  ini ?. Para penggemar sate dan orang-orang yang ingin makan sate tetapi karena selama ini ‘terteror’ oleh persepsi bahwa sate adalah makanan berkolesterol tinggi – sehingga mengurungkan niatnya untuk mengkonsumsi sate – nantinya akan dapat menemukan produk sate yang aman bagi mereka.

Peluang ini yang akan kita explore sebagai modul latihan untuk menemukan ‘Purple Cow’ pada program Pesantren Wirausaha Akhir Pekan – Jonggol 14-15 Januari 2012 mendatang. Agenda detil akan kami umumkan di situs ini dan juga di www.facebook.com/GeraiDinar. InsyaAllah.

0 comments:

Posting Komentar